Google Dua Kali Memukul Samsung

Samsung adalah sebuah manufaktur raksasa. Perusahaan Korea ini mempekerjakan 427.000 staf,  memiliki omset tahunan lebih dari 270 miliar dolar dan aset sebesar 600 milyar dolar yang tersebar di lebih dari 80 unit usaha. Namun Google telah menjatuhkan Samsung dua kali, dengan menggunakan 'tongkat bisbol' bernama Motorola.

Samsung telah menjadi kekuatan pendorong di belakang pertumbuhan meteorik Android dan menempatkan perangkat mobile Google di posisi terdepan. Masalahnya adalah, Samsung ingin lebih.

Tidak cukup bagi Samsung hanya berpredikat sebagai pembuat ponsel dan tablet Android paling populer. Mereka harus menyembunyikan Android, yang konsekuensinya adalah mengurangi peran Google.

Hal yang membuat Google memukul Samsung adalah sebagai berikut :

1. Samsung menggunakan TouchWiz skin antarmuka besutan mereka sendiri yang membungkus aspek - aspek Android sehingga hampir tidak dikenali (sebagai fitur Android).

2. Samsung mulai mereduksi fitur - fitur bawaan Android, diantaranya fitur dialer, telepon, kalender, email, client, kontak, notification center, pemutar musik dan video, kontrol suara dan beberapa aplikasi native Android yang diganti dengan aplikasi milik mereka sendiri.

Banyak ulasan negatif yang menyebutkan bahwa antarmuka TouchWiz dan aplikasi yang sifatnya "bloatware" telah memperlambat kinerja Android. TouchWiz juga dianggap memakan lebih banyak ruang penyimpanan sedangkan aplikasi Samsung dipandang memiliki kinerja yang tidak lebih baik dibanding aplikasi bawaan Android. Lebih buruknya lagi, Samsung dianggap melakukan berbagai gimmick yang tak perlu.

Yang membuat hal ini lebih buruk lagi adalah, Samsung mulai membangun Tizen yang notabene adalah sistem operasi pesaing Android. Bagi orang awam, penampilan Tizen tak beda denga smartphone Samsung lainnya yang berbasis Android. Mengapa? karena smartphone Tizen-nya Samsung juga menggunakan antarmua TouchWiz.

Dari situ jelas bahwa strategi jangka panjang Smasung adalah berpindah ke Tizen dan mengambil alih sebagian besar pasar handset. Disinilah Google harus bertindak.

Alhasil Google pun berhasil memukul Samsung hingga dua kali. Pertama, meskipun mendominasi pasar Android, Samsung telah "dibawa" kembali ke jalur yang diinginkan Google. Samsung tidak akan lagi menutup desain Android, mengeluarkan aplikasi milik Android dan menggunakan aplikasi milik mereka sendiri untuk menutupi kerja keras Google.

Kedua, usaha Samsung untuk melompat dari Android ke Tizen tak lagi mudah. Dengan sistem operasi Android yang semakin kuat di handset Samsung, tidaklah mudah untuk melakukan pergantian ke sistem operasi lain.

Semua yang terjadi diatas tentunya menjadi kabar baik bagi semua pengguna Android. Mereka akan lebih mudah untuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya (mengingat akan semakin sedikit kustomisasi yang dilakukan oleh produsen handset terhadap sistem operasi Android).

Sementara sistem operasi 4.4 KitKat yang memilki kinerja yang lebih cepat dengan fleksibilitas untuk berjalan di handset dengan kemampuan minim membuka peluang bagi produsen smartphone lain untuk bersaing dengan Samsung.




0 komentar:

Posting Komentar